Hujan



Hujan.
Rintik hujan itu tak henti - hentinya membasahi bumi ini sejak sang mentari malu - malu menampakkan dirinya. Ini sudah hampir menjelang tengah hari. Namun, secangkir cappuchino panas pun tak dapat membantunya menghangatkan hawa sedingin ini. Gadis itu menyesap kembali secangkir cappuchino yang sudah tinggal setengahnya itu. Kini ia berada di Book Caffe, tempat favoritenya menghabiskan waktu dengan tumpukan tugasnya atau hanya sekedar menikmati dunia fantasinya dalam novel - novel ternama.

Matanya memang tertuju pada novel ditangannya yang sudah puluhan kali ia baca. Tetapi, pikirannya tidak pada kisah tersebut. Pikirannya melayang jauh pada kejadian dua hari yang lalu. Cappuchinonya kini sudah tidak mengeluarkan uap lagi. Novelnya pun semakin lecek karena ia hanya membolak - balikkan halamannya saja. Kejadian itu membuat si gadis kutu buku itu melamun terus dan tak hentinya menyunggingkan senyum pada rintik hujan diluar sana. Baginya, kini hujan begitu istimewa. Hujan kini selalu membuatnya tersenyum. Hujan memang membuat tubuh kita kedinginan, tapi membuat hatinya begitu hangat.

***

Hujan. Lagi - lagi Kim Naeun terjebak hujan di sekolah dan dia lupa membawa payungnya lagi. Ia harus sesegera mungkin sampai di rumahnya. Ia baru saja mendapat pesan singkat dari adiknya bahwa ibunya jatuh pingsan. Panik. Naeun sangat khawatir, ibu yang dicintainya sudah tiga hari ini merasa tidak enak badan dan sekarang jatuh pingsan. Naeun sempat kesal, ibunya bandel tidak mau menuruti perintahnya pergi ke dokter dan selalu mengatakan ibu-baik-baik-saja. Lantas, tak banyak berpikir lagi Naeun memilih menerjang rintik hujan. Tak apalah ia basah, yang dipikirkannya kini hanyalah ibunya di rumah, yang penting dia cepat sampai ke rumah.

Ketika dia berlari dalam derasnya hujan, tiba - tiba tidak ada lagi tetes hujan yang membasahi tubuhnya. Ada sesuatu yang melindunginya. Ya, itu payung! Naeun sedikit terkejut melihat siapa yang tiba-tiba memayunginya di tengah hujan deras sepeti ini. Dia adalah Suho! Lelaki tampan yang selama ini ia perhatikan dibalik novel tebalnya. Lelaki yang sudah hampir setahun terakhir mencuri hatinya. Ya, yang bisa dilakukannya selama setahun ini hanya memendam persaanya. Lelaki penuh karisma yang selalu dipuja-puja gadis-gadis centil disekolahnya. Suho bagaikan idol disekolahnya, pemain andalan di tim basket, vokalis utama band sekolah dan senyum manisnya.... siapa yang tak suka padanya? Dan Naeun? Hanya seorang gadis lugu, si maniak astronomi dan ketua kelas yang selalu bersembunyi di balik kaca mata minus dan buku-buku tebalnya, yang duduk dua bangku di belakang Suho, mengamatinya diam-diam.

Bagai mimpi. Di sampingnya ada Suho yang masih memayunginya. Sedekat ini dengan sang pujaan hatinya benar benar seperti mimpi di siang bolong. Jika ini benar hanya mimpi, ia harap, ia tidak bangun dari mimpi indahnya ini. Kini ia malah menggigil kedinginan karena basah kuyup menerjang hujan. Yeah, berarti ini bukan mimpi! seru batinnya.

"Bodoh, apa maksudmu lari di tengah hujan deras seperti ini? Kamu ingin sakit? Mana kau tak memakai payung lagi" tanya Suho dengan senyum khasnya sembari mengacak-acak rambut Naeun yang sudah basah itu.

Astaga, kaki dan tangannya semakin gemetar karena dingin, tapi kenapa pipinya tiba tiba terasa panas ya? Pasti sekarang wajahku sudah seperti kepiting rebus karena Suho baru saja menyentuhku. Naeun hanya diam semakin menunduk, menutupi wajahnya yang mudah memerah. Mereka terus berjalan beriringan menuju halte bus  yang membawa Naeun pulang

"Dimana rumahmu? Lain kali jangan pulang sendiri di tengah hujan seperti ini ya. Mungkin nanti aku bisa menemanimu hujan hujanan" tanya Suho perhatian. Naeun sedikit heran pada sikap Suho yang sangat perhatian dan seolah olah Suho mengikutinya dari sekolah. Padahal, dikelas mereka tidak begitu dekat, hanya saling sapa beberapa kali. Entahalah, Naeun pun tidak ingin memikirakannya mengapa Suho tiba - tiba ada di sampingnya. Yang pasti kini hatinya sangat berbunga-bunga. Seakan-akan ada ribuan kupu-kupu menari dalam perutnya. Dia tidak bisa lagi menyumbunyikan senyum bahagianya

Akhirnya, mereka sampai di halte.
"Terimakasih Suho-ssi" kata Naeun dengan senyum malu-malu. Ia mendongak dan akhirnya bertemu dengan mata indah Suho.

"Naeun-ssi, kenapa wajahmu merah? Pasti karena hujan ini kau demam ya?" tanya Suho hendak menyentuh dahi Naeun. Naeun seperti membeku, terkejut tiba-tiba dahinya disentuh.

"Ah, Anni aku tidak apa-apa" jawabnya gugup. Suho melepaskan jaket yang ia pakai dan memberikanya pada Naeun

"Ini, pakailah. Kau pasti sangat kedinginan, lihat bajumu basah kuyup begitu"

"A-a-anni, tidak usah. kau sendiri.."

"Tidak apa, kau lebih membutuhkannya Naeun-ssi. Pakailah. Kau bisa mengembalikanya lagi besok" Naeun tidak bisa menolak lagi, karena Suho sudah memakaikan jaketnya di pundak Naeun. Ini artinya besok dia akan bertemu Suho lagi. Senyumnya kembali mengembang.

"Sekali lagi terimakasih Suho-ssi" seru Naeun di tengah hujan yang semakin deras, lantas ia segera masuk ke dalam bus yang baru saja datang. Ia mengambil bangku di dekat jendela, dan terlihat masih ada Suho di sana melambaikan tangan kepadanya dengan senyum khasnya.

"Ohya, jangan lupa membawa payung Naeun-ssi!" seru Suho mengalahkan suara hujan. Naeun hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Sepertinya ia akan meninggalkan payungnya lagi, agar ia bisa hujan-hujanan bersama Suho. Bus pun melaju neinggalkan halte. Naeun hampir lupa kalau adiknya sedang menunggunya dirumah. Nanti malam pasti ia tidak bisa tidur memikirkan esoknya ia akan semakin dekat dengan Suho.

***

Cappuchinonya sudah hampir habis. Cafe Book itu pun semakin penuh. Ramai oleh orang-orang yang ingin menghangatkan tubuh dengan secangkir kopi andalan cafe tersebut, pelanggan tetap yang yang ingin meminjam buku, atau hanya sekedar berteduh dari hujan yang semakin deras. Hujan. Banyak cerita tentang hujan yang dapat kita ungkap. Cerita sedih, lucu, atau cinta yang semakin bersemi seperti Naeun. Benar saja, kemarin ia kehujanan lagi. Tapi tidak sendirian, ia ditemani Suho hujan-hujanan sepulang sekolah. Ternyata rumahnya searah dengan rumah Naeun, jadi mereka pulang bersama samapai di bus. Tawanya, senyumnya, semakin melekat erat dalam pikiranku. Rintik hujan menjadi saksi kedekatan kami.

"Naeun-ssi, kau sudah lama menugguku? Ah, maaf ya lama. Hujan ini membuat jalanan macet"
Senyum Naeun mengembang sempurna. Mengapa disini jadi panas ya? dan..

Mungkinkah kami menjadi sepasang kekasih?


~~
annyeong! Kembali dengan sebuah cerpen heheheh. Sebenernya ini tugas bahasa indonesia, daaaaaan... lumayan lah hasilnya hehehe. Padahal lagi numpuk tugas eh ide malah ngalir, moodnya lagi bagus pula xD gatau idenya dari mana. ngayal tingkat dewa. pokonya bikin yg jatuh cinta HAHAHA dan karena lagi musim hujan, pengen aja gitu bahas hujan terus (y). Dan gatau kenapa ngambil nama naeun-suho. padal naeun punya taem ya ,dan sekarang lagi seneng suho aja sih kyakyaaa xD
Semoga selanjutnya bisa bikin cerpen lagi yaaw!
~NNS

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kami, A!

Resmi Kampus Jingga!

byebye semester satu!