Ugh.

Amanah? Iya, amanah.


Amanah itu tanggung jawab. Hal paling berat itu adalah amanah katanya.

Yap, akhir-akhir ini aku cukup sering dapet amanah yang luar biasa. Amanah nyimpen uang dari tingkat kelas hingga tingkat nasional, amanah mimpin suatu kegiatan kecil, amanah menggerakkan divisi kecil. amanah menyampaikan suatu pesan, amanah, amanah, amanah. Hidup kita itu amanah juga dari Allah. Apapun yang sedang dan akan kita punya itu amanah. Semua dipertanggung jawabkan pada akhirnya. Itulah beratnya. Tidak terlihat, tidak tahu massa nya. Tapi sungguh terasa sangat berat jika dipikul.

Mereka selalu berkata, "amanah itu nggak pernah diberikan kepada orang yang salah".Benar kah?Percaya nggak percaya akhirnya aku tetap menerima amanah-amanah itu. Entahlah, kadang aku juga tidak begitu yakin bisa melakukkannya tapi orang lain bisa mempercayai aku. Kenapa? Kenapa mereka bisa yakin jika aku sendiri yang harus melakukannya bisa tidak yakin? Baiklah, kemudian aku balikan pertanyaan itu, kenapa aku tidak yakin jika orang lain saja bisa yakin? Berarti aku bisa dipercaya oleh mereka. Mengapa aku meyia-nyiakan kesempatan itu? Walau berat, pasti ada hikmah, ada pembelajaran yang bisa didapat, tidak semua orang mendapatkannya. Baiklah, aku terima, aku coba jalani. Akhirnya baik atau tidak, berhasil atau gagal yang penting aku sudah berusaha. Begitukan?

Lalu aku jalani. Hmm, aku mulai sedikit mengerti dimana beratnya. Karena amanah itu selalu berkaitan dan berhubungan dengan orang lain. Ada yang terlibat disana. Aku akan membuat dampak untuk orang di sekitar lewat amanah itu. Itulah yang kini sedang bergejolak di hati ku. Eh, salah ya, hati itu untuk menyaring racun dalam sistem pencernaan, nggak nyambung  dong. Maksudku, yang mengganggu pikiranku. Tiba-tiba terjadi konflik batin, konflik pikiran dengan diriku sendiri.

'Bil, apa kamu yakin kamu bisa? bisa apa?'
'Sok banget sih'
'kamu punya rencana kan? emang terlaksana?'
'kamu? kamu? kamu?'

Duh pertanyaan pertanyaan negatif itu sungguh mengganggu pikiranku. Jadi uring-uringan sendiri. Kesel sendiri. Mau marah gatau sama siapa.

Kenapa jadi gini?

Rasanya seperti ingin meledak. DUAR!

Kenapa jadi paranoid gini bil? Kenapa sih lebay-cengeng-labil banget sumpah!

Kenapa?

Hari itu rasanya kepalaku benar benar pening memikirkannya. Aku butuh panadol.

.....

Lalu, ketika aku sudah merasa lebih tenang aku mulai bisa berpikir jernih. Kenapa dibikin ribet sih bil? Hey, kamu nggak sendiri loh. Beban itu jangan dimakan sendiri, makan bareng-bareng lebih enak. Dibagi dong! Ehiya, aku punya teman.

Cung siapa yang pernah ngerasain galau nggak jelas seperti yang pernah aku alami? Iya, kamu punya teman. T-E-M-A-N. Berbagilah. Teman yang baik adalah teman yang bisa diajak berbagi keluh kesahnya, yang mau memberi masukan positif yang dapat terus mendukungmu ke arah yang lebih baik. Kalau kata seseorang, 'ya kalau di pendem semua mah kayak kamu niup balon yang terus-terusan di tiup dan nunggu pecah aja, harus dikeluarin dikit-dikit'

Gitu. Loh.

'Amanah itu nggak pernah salah' katanya. Semoga memang tidak salah. Aku bisa melakukan hal yang benar. Eh, tuhkan mulai lagi...

Bismillahirramanirrahim. Optimis. Bisa bil.


Minggu, 18 Oktober 2015
Duh.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kami, A!

Resmi Kampus Jingga!

byebye semester satu!