Ayo Menulis!

[REPOST and EDIT]

Dua hari yang lalu, tidak sengaja ketika aku sedang membersihkan kamar, aku menemukan dua buah buku diary  yang sudah lama sekali tidak aku lihat. Aku sempat lupa pernah memiliki buku diary semacam itu. Buku dengan cover tebal berwarna feminis, pink dan biru pastel. Ups, bukunya masih tergembok, kuncinya sudah hilang entah kemana. Karena penasaran, aku cari benda apapun yang dapat mencongkel gembok itu agar dapat terbuka. Benar saja, ketika aku buka memang itu adalah buku diary atau buku jurnal catatan harian. Ya ampun, sungguh memalukan dan menggelikan sekali ketika ku baca ulang sambil mengenang masa lalu.

Buku pertama dengan cover tebal berwarna pink. Aku sudah menulis banyak hal di dalam buku itu. Buku itu adalah catatan harianku ketika aku masih kelas 4 SD. Sejak itu aku sudah suka menulis. Menulis apapun. Mulai dari bangun tidur hingga aku tidur kembali. Segala aktivitas yang telah aku lakukan seharian itu aku tulis kembali dalam sebuah buku. Entah ada moment yang menarik atau tidak. Jika aku pikir kembali, untuk apa ya dulu aku menulis-menulis seperti ini? Lucu juga, begitu polosnya tulisan-tulisanku ketika SD. Hingga kelas 6 SD, aku masih suka menulis di buku pink itu. Kadang kemanapun aku pergi buku tersebut tidak pernah tertinggal, tidak ingin ada satu moment pun terlewatkan. Walaupun tulisannya nggak jelas membicarakan tentang apa, menyenangkan saja rasanya ketika membacanya mengenang masa lalu

Kemudian di buku kedua yang isinya lebih tebal dengan cover berwarna biru pastel. Catatan harianku ketika menginjak bangku SMP di MTs Asih Putera. Ketika kubaca isinya lebih menggelikkan dan membuatku malu sendiri. Masa dimana ada yang disebut dengan masanya ‘alay’. Aku mengalami hal itu sedikit dan sebentar. Sungguh. Cerita-cerita dalam buku tersebut sungguh lebih menarik dibanding ketika aku SD. Aku ingat, aku menamai buku itu dengan nama Rhyry, karena bukunya berwarna biru. Alay kan? Huh.

Disana tertulis mulai dari ‘geng ajib’, si cholathos, si orenjeruk, si taemin kw, tanajuh ke Dufan, yaitu acara jalan-jalan satu sekolah, bisa disebut juga karyawisata lah. Ada juga cerita tentang  taklif, yaitu jenis kegiatan khas MTs Asih Putera yang hampir serupa dengan pramuka, kegiatannya seperti cross country, belajar ngeliwet,belajar nyetrika baju, lomba bikin parsel ketika bulan Ramdhan. Ada juga kemah alam, yaitu acara camping besar 3 hari 2 malam 3 angkatan bersama semua guru. Kemah alam adalah acara yang ditunggu siswa-siswi Asih Putera tiap tahunnya. Kemudian ada tulisan tentang Kuis akbar, yaitu Ujian Tengah Semester yang punya beberapa seleksi atau tahapan, kalau bisa masuk tahap ketiga dijadikan lomba cerdas cermat seperti diacara program televisi ‘rangking1’ yang sedang ngetrend ketika itu. Tentu saja kalau jadi juara hadiahnya uang. Sayangnya aku hanya lolos ditahap kedua. Ada juga tulisan yang menceritakan kegiatan – kegiatan khas MTs-ku lainnya, seperti pensi (pentas seni), mahkamah, mahkamah disini bentuknya seperti sidang pada umumnya, membahas aturan-aturan yang dilanggar para siswa, jika salah tentu saja dihukum. Bukan dihukum yang macam-macam kok, tentu saja dengan syariat islam seperti sholat sunnah, mengaji, puasa, lari dan semacamnya yang tidak memberatkan. Ada juga cerita keseruan pesta politik pemilihan ketua osis, KaLam (Kantin Lama), tanah merah, senam jumat, classmeeting, main basket seangkatan, Cikara (cInta Kanjeng Rasul), yaitu acara perayaan Maulid Nabi. Kegiatannya seperti lomba-lomba, mabit tausyiyah, dan berbagai jenis kegiatan untuk mempererat ukhuwah antar warga sekolah. Selain itu ada juga AP futsal cup, pertandingan futsal antar SD yang diselenggarakan kami dibangku SMP. Ada pula cerita sembunyi-sembunyi buka puasa bersama di waroeng steak setiabudhi, padahal sudah jelas-jelas dilarang guru. Nyanyi-nyanyi ditengah mushola, film film buatan guru, guru – guru kami jadi artis dadakan bikin film pendek atau sekedar iklan yang menghibur diacara-acara mabit. Sampai kisah-kisah foto angkatan di kampus UPI untuk foto buklet kelas 9 yang akan segera lulus dan masih banyak lagi kisah – kisahku semasa SMP. Semua tertulis lengkap dan jelas dibuku harian berwarna biru itu. Dari cerita pengalaman pertamaku menyukai seorang lelaki hingga cerita pertengkaran dengan sahabat-sahabatku.

Jika dipikir-pikir untuk apasih aku menulis seperti itu? Kok bisa ya rajin sekali aku saat itu. Entah juga dorongan dan keinginan darimana menulis dalam sebuah buku diary. Mungkin ketika itu sudah menjadi ritual tiap malamku sebelum tidur.

Tahukah?

Banyak sekali manfaat yang didapat jika kamu suka menulis. Entah tulisan tangan atau diketik, menulis disini maksudnya mengungkapkan apa yang sedang dipikirkan lewat tulisan. Kalau sekarang zamannya menulis itu ya lewat status. Di facebook, twitter, line, blogspot, bbm dan berbagai media sosial lainnya. Mau makan update di instagram dulu, lagi sakit update di twitter dulu, berdoanya lewat facebook, curhatnya di status line. Zaman sekarang udah nggak ada malu malu lagi ngungkapin apa yang dirasa dan apa yang dipikirkan. Kalau dulu aku tuh ya ngungkapin apa apa tuh di buku diary sampai sembunyi-sembunyi, digembok pula. Malu banget kalau ketahuan. Mungkin memang zaman sudah berubah, ya mau bagaimana lagi.

Apakah masih ada dizaman sekarang ini yang masih terbiasa menulis dibuku harian? jurnal harian? Hmm, mungkin sudah jarang sekali ya. Sayangnya aku pun hanya sampai dibangku SMP melakukan ritual menulis catatan harian tersebut. Setelahnya aku jadi terbiasa menulis di blogspot. Tak apa setidaknya pengalaman menulisku semakin bertambah.

Tulisan-tulisanku pun hanya sekedar ungkapan. Belum bisa serius, benar, dan menarik seperti penulis-penulis yang menerbitkan bukunya. Namanya juga masih proses belajar, yang penting aku masih suka menulis. Ini salah satu efek buku diary sejak SD tersebut. Mungkin saat ini jika masih ada yang menulis di buku diary seperti itu akan mendapat olokan, diejek. “ciyee..”, katanya.

Tahukah?

Banyak sekali manfaat yang di dapat jika kamu suka menulis. Menulis? Iya, menulis? Menulis itu penting banget loh. Belum aku jabarkan ya manfaatnya? Hm, iya kalau nggak bisa nulis nggak bisa ngapa-ngapain dong. Sejak Taman Kanak-kanak pun sudah diajarkan kan? SD, SMP, SMA, sampai kuliah kita masih dituntut untuk menulis. Sampai nanti kita bisa merasakan manfaatnya langsung. Untuk membuat CV melamar kerja, untuk menulis surat-surat, membuat proposal, dan lain sebagainya.

Tahukah?

Ada loh orang yang hanya dengan menulis, bisa keliling dunia. Hanya dengan menulis, bisa pergi menunaikan ibadah haji. Hanya dengan menulis, bisa mewujudkan mimpinya, cita-citanya.

Tahukah?

Menulis itu bisa jadi cara lainmu berdo’a. Meminta sesuatu kepada Allah. Lewat pernyataan diatas menulis dapat menjadi do’a yang ajaib, selain berdo’a lewat lisan. Aku juga sering mendengar kisah-kisahnya. Aku pun ingin mewujudkannya lewat tulisan-tulisan kecilku. Misalnya, ketika ada seseorang yang sejak kecil sudah senang menulis di catatan hariannya. Menulis tentang mimpinya.

 “Iya, aku ingin menjadi pembicara, motivator yang bisa keliling dunia”, begitu katanya.

Itu pula yang tertulis dibuku hariannya. Entah bagaimana caranya, dia berusaha, dia berjuang, ada saja jalannya. Ia menjadi pembicara, motivator, relawan, pergi ke berbagai negara, bermanfaat bagi banyak orang. Sesuai dengan keinginannya. Masya Allah, merinding rasanya ketika mengintip kembali catatan harian berpuluh tahun lamanya yang pernah ia tulis. Mungkin awalnya tulisan itu tidak terlihat bersungguh-sungguh. ‘Aku ingin menjadi motivator’, ‘Aku ingin menjadi dokter’, mungkin seperti itu. Sederhana. Sesederhana pikiran anak kecil. Namun Allah dan malaikat pun melihat keinginannya, mencatatnya.

Mendengar kisah kisah itu, aku jadi penasaran. Benarkah? Selalu aku coba, apa yang aku pikirkan, apa yang aku inginkan, aku tulis. Dimana pun, dibuku, di blog, dicatatan manapun. Lebih baik lagi jika di tempel di tempat yang akan sering sekali aku lihat. Untuk membulatkan tekadku

Tahukah?

Jika kamu pandai menulis, rasanya ajaib, seperti penyihir. Bisa memengaruhi orang, yang tadinya senang jadi sedih, yang tadinya galau jadi senyum-senyum sendiri, yang tadinya sedang dalam hati yang damai menjadi berapi-api penuh emosi. Voilaaa! Iya, hanya lewat tulisan, sangat berpengaruh. Kamu dapat mengaduk-aduk perasaan sesorang. Itulah mungkin peran seorang penulis, novelis, jurnalis yang menulis untuk banyak orang karena ada pesan yang mesti tersampaikan untuk pembacanya. Yap, mempengaruhi.


Tahukah?


Menulis itu sulit-sulit mudah, mungkin bagi sebagian orang yang terbiasa melakukannya merasa menyenangkan. Tapi untuk sebagian orang yang tidak biasa, rasa menjadi siksaan tersendiri jika dituntut. Yang sulit hanyalah memulainya jadi ayolah menulis! Walau hanya beberapa kata, beberapa kalimat, beberapa paragraf, beberapa halaman. Biasakan sajalah, tulis apapun hingga kamu bisa menikmatinya dengan caramu sendiri.

enjoy!

Let's to write!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kami, A!

Resmi Kampus Jingga!

byebye semester satu!