Love You~


***
Choi Minho dan Song Ji hyun memang sudah saling mengenal sejak SMA, dan tiga tahun berada di kelas yang sama. Pikiran yang sejalan dan adanya kecocokan, membuat mereka dekat, dan mendeklarasikan diri sebagai sepasang sahabat. Sketchbook dan kanvaslah yang menyatukan mereka. Hingga Minho dan Ji hyun berada di satu universitas dan satu fakultas yang sama.  
“Pameran lukisan tahun ini sepertinya akan jadi yang terhebat sepanjang sejarah fakultas seni lukis!” seru Minho sambil menyuapkan potongan terakhir dari waffle cokelatnya yang hampir habis
“Tentu saja, karena aku ketuanya. Kalau tidak, mungkin pameran kali ini tidak akan berhasil hahaha” ucap Ji hyun percaya diri. Lalu meneguk kembali moccachinno latte-nya
“Cih, tingkat percaya dirimu semakin tinggi saja! Tapi kau tidak makan Ji hyun-ah? Seharian ini kau belum makan kan? Kemarin siang pun kau tidak makan. Jangan sampai kau sakit. Kau terlalu sibuk akhir-akhir ini”
“iya, iya aku tahu. Tapi aku sedang tidak lapar Minho-ya. Kau ini lebih bawel dari eommaku!”
“Hyunnie,kau harus makan! Kali ini aku yang traktir bukan? Ayolah, jangan sia-siakan uangku ini. Baiklah, aku pesankan spaghetti kesukaanmu itu. Dan jangan ada penolakan, oke?”
“Yayayaa baiklah, terserah kau saja” ucap Ji hyun acuh tak acuh. Sambil menunggu Minho membeli spaghettinya, gadis itu melihat lihat sketchbook milik Minho yang terselip di tasnya. Minho memang berbakat. Gambar-gambar buatannya selalu terlihat hidup. Dan dia paling jago dalam teknik mengarsir. Bahkan Ji hyun sering iri dan selalu menjadikan Minho sebagai saingannya dalam menggambar. Ji hyun juga ingat Minho pernah bermimpi ingin membuat pameran lukisan sendiri se-Korea Selatan. Dan yang paling Ji hyun suka gambar Namsan Tower dihadapannya ini. Benar-benar menakjubkan. Seperti aslinya. Tapi ini...
“Hey,Ji hyun-ah! Jangan sentuh barang-barangku! Kau tahu, bagi seorang seniman ini sangat rahasia. Sembarangan saja kau ini.” Buku itu kini sudah berpindah tangan ke tangan Minho dengan cepat. Minho segera menyimpan buku tersebut kedalam tasnya agar Ji hyun tidak merebutnya kembali
“Ish,kau ini! Kau kan belum menjadi seniman! Kemarikan bukunya aku belum selesai melihatnya! Cih,kemampuanmu hampir menyaingiku Minho.” Ji hyun kini harus menghabiskan spaghetti yang Minho pesankan
Shirreo! Huh,dasar miss perfect! Tentu saja aku akan mengalahkanmu. Lihat saja nanti lukisan siapa yang akan banyak menarik perhatian saat pameran. Eh,kau belum melihat semua gambarnya kan?”
“Tentu saja lukisanku yang pasti lebih hebat darimu!” sahut Ji hyun percaya diri lagi. “A-anio, aku baru melihat sampai gambar Namsan Towermu itu, tapi kau sudah merebutnya. Ada apa? Pasti ada yang kau sembunyikan. Lihat saja nanti aku akan merebut kembali sketchbookmu itu”
“A-anio itu tidak penting. Ayo,pulang!” ucap Minho kalah dan sedikit gugup. Kali ini Minho sedang tidak ingin berdebat dengan Ji hyun

***

Kini Ji hyun dan Minho sudah berpisah jalan. Rumah mereka memang berbeda arah. Ji hyun biasa pulang dengan bus, sedangkan Minho pulang dengan sepedanya yang setiap hari ia bawa kemana pun ia pergi. Namun, sore ini langit terlihat lebih mendung. Awan hitam bergemuruh menandakaan akan turunnya hujan. Bus yang ditumpangi Ji hyun saat ini sudah bergerak menjauhi halte di dekat coffee shop itu. Hujan mulai turun. Kali ini bus tersebut tidak sepenuh biasanya. Hanya sedikit penumpang yang duduk di kursi-kursi tersebut.
Hujan semakin deras, dan jalanan semakin licin. Saat Ji hyun akan menyalakan MP4-nya, sebuah sepeda motor datang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan hendak menyalip bus yang Ji hyun tumpangi. Namun karena jalanan terlalu licin, motor itu tergelincir di depan bus. Supir bus yang melihat kejadian tersebut segara membanting setir kearah kiri jalan. Tapi sialnya bus itu menabrak beton sisi jalan, yang membuat tabrakan beruntun dibelakangnya. Kecelakaan tersebut mendapatkan beberapa korban. Terutama si pemilik motor itu. Dan menyebabkan kemacetan yang panjang dan cukup lama untuk evakuasi para korban dan beberapa mobil juga bus.
Untunglah saat motor tersebut melewati bus, headset Ji hyun terjatuh ke kolong kursi dan membuat Ji hyun sedikit terlindung dari hantaman bus dengan beton sisi jalan. Namun sayangnya tabrakan itu sangat keras dan membuat kepala Ji hyun sedikit terbentur dan mengenai serpihan kaca yang pecah. Ia juga merasa sangat pusing dan sakit di kepalanya saat mendengar suara-suara tabrakan itu. Darah segar mengalir dari pelipisnya. Bau hanyir itu membuat Ji hyun tidak sadarkan diri lagi.

*** 

Awan hitam bergemuruh menandakan akan turunnya hujan. Minho mulai mempercepat kayuhan sepedanya. Ia baru saja meninggalkan coffee shop tersebut dan meninggalkan Ji hyun yang sudah menaiki busnya. Hujan pun semakin deras. Jalanan di ruas sebelah kanan mengalami kemacetan yang cukup panjang. Minho pikir ada yang tidak beres di ujung jalan itu, hingga membuat kemacetan seperti ini. DEG. Tapi tiba-tiba Minho merasakan firasat buruk yang terkait kemacetan tersebut.
Karena penasaran, Minho berbalik arah. Minho mengayuh sepedanya kepusat kemacetan itu. Entah kenapa, jantung minho berdetak sangat cepat. Entah kenapa saat ini yang iya khawatir kan adalah Ji hyun. Minho merasa ada hal buruk yang terjadi pada Ji hyun. Semakin cepatlah Minho mengayuh sepedanya. Ia sudah tidak peduli dengan derasnya hujan yang telah membuat badannya basah kuyup kedinginan. Hanya Ji hyunlah yang kini ada di pikirannya.
Dan yang terjadi benar. K250J. Minho masih ingat benar plat nomor bus yang di tumpangi Ji hyun. Keadaan bus itu cukup mengenaskan, dan membuat Minho shock. Tabrakan beruntun yang berawal dari bus yang ditumpangi Ji hyun. Minho berlari kesetanan menuju bus itu. Dia yakin Ji hyun masih berada di dalamnya.
“JI HYUN-AH! JI HYUN-AH!! KAU DIMANA?” Minho kalang kabut. Dia benar-benar takut terjadi sesuatu yang buruk dengan Ji hyun. Dan Minho pun membeku, terkulai lemah ketika melihat sahabatnya itu bercucuran darah di pelipisnya tidak berdaya dibalik bangku paling belakang.
“JI HYUN-AH! BANGUNLAH! BERCANDAMU INI SANGAT TIDAK LUCU!” tidak mau banyak bicara lagi. Minho segera menggendong Ji hyun, dan membawanya ke rumah sakit terdekat.

***

 Satu jam sudah Minho mondar-mandir, pindah dari satu kursi ke kursi yang lain. Menunggu bagaimana kabar Ji hyun selanjutnya. Resah, takut, gelisah. Itulah yang kini ia rasakan. Kejadian tadi benar-benar membuatnya shock. Baru satu jam yang lalu pula ia mendengar tawa Ji hyun. Bersenda gurau dengannya. Kenapa semua ini harus terjadi? Ya Tuhan, tolong selamatkan Ji hyun, aku mohon...
“Minho..” Seorang wanita paruh baya menepuk pundak Minho pelan.
Minho yang merasakan sentuhan pelan di bahunya itu refleks membalikan badannya. Dia tertegun. Dia jadi merasa bersalah. Wanita itu, sudah lama mempercayainya untuk Ji hyun. Tapi sekarang ia malah meragukannya.
eommonim...mianhae. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik.” Tutur minho
gwenchana, itu bukan salahmu. Itu kecelakaan.”  Ucap wanita itu. Ibu Ji hyun. Walaupun yang pasti ia sangat terpukul tapi ia tidak bisa juga menyalahkan Minho. Ia sudah menganggap Minho sebagai anaknya sendiri sejak Ji hyun mengenalnya. Di peluknya Minho seperti anaknya sendiri.
gwenchana, gwenchana..Ji hyun akan baik-baik saja” ucapnya kembali. “Apa dokter belum mengatakan sesuatu Minho?”
“Belum..”
Saat itu pula pintu ruang UGD terbuka. Seorang pria berjas putih keluar menghampiri Minho dan ibunya Ji hyun.
“Apa kalian keluarga dari pasien yang bernama Song Ji hyun?” tanya pria itu
Ne, saya ibunya. Bagaimana keadaan anak saya?”
“Ji hyun baik-baik saja. Hanya ada luka ringan dikepalanya. Lebih baik Ji hyun istirahat di sini dulu. Besok dia sudah boleh pulang” kata pria yang ternyata adalah dokter yang memeriksa Ji hyun itu. “Ji hyun mungkin masih sangat shock dengan kecelakaan itu, dan mungkin akan ada sedikit trauma. Ini adalah mukjizat, untunglah Ji hyun sempat berlindung dibawah kursi. Dan anak ini cepat membawanya kesini..” ucap dokter itu sambil menepuk pundak minho “..dan Ji hyun dapat diselamatkan. Apakah kau namjachingu-nya?”
“A-anio, saya bukan pacarnya” Jawab Minho gugup.
“Hahaha, yang benar itu belum. Iya kan Minho? Eommonim mendukungmu sejak lama” Goda ibunya Ji hyun
“Haish,eommonim ini..ka-kami hanya bersahabat.” Minho menjadi salah tingkah. Mungkin bukan sekarang waktunya. “Syukurlah kalau begitu, tapi mungkin sebaiknya sekarang aku pulang dulu eommonim. Ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan sekarang dan aku harus mengganti pakaian ini.” Tunjuk Minho pada kemeja dan kaos putihnya yang berlumur darah
“Oh, baiklah tapi apa kau tidak ingin bertemu dengan Ji hyun dulu?”
“Tidak, aku akan menemuinya besok pagi-pagi saja. Aku titipkan salam saja untuknya dan tolong katakan padanya jagalah kesehatannya karena lusa, pameran lukisan sudah di mulai. Aku tidak ingin dia telalu kelelahan.”
“Oh,baiklah nanti akan eommonim sampaikan. Terimakasih banyak Minho eommonim tidak tahu lagi apa yang akan terjadi jika kau tidak segara datang. Kau juga jaga kesehatan ya” ujar eomma-nya Ji hyun
“ne,itu sudah tugasku sebagai sahabat untuk menjaganya. Baiklah gamshamnida, annyeong eommonim” Kata Minho sambil sedikit membungkukkan badannya
Terimakasih Tuhan karena kau telah menyelamatkan Ji hyun..

*** 
April 12th 2012. KST 08.00

Tok tok tok..
“ne,masuklah..”
Pagi ini Minho menepati janjinya. Ia menemui Ji hyun. Tidak bisa di sangkal ia merindukkan gadis itu. Kemarin adalah hari yang paling menegangkan dalam hidupnya, dan berakhir dengan kebahagiaan. Ia bahagia, ia sangat senang saat mengetahui Ji hyun baik-baik saja dari kecelakaan yang mengerikan itu.
“Annyeong gadis bodoh, bagaimana pagimu? Kau baik-baik saja bukan? Kau ini hanya bisa membuat orang lain khawatir ya.”
“Yaa!! Kau ini cari ribut hah? Baru datang bukannya menyambutku dengan baik malah mengataiku seperti itu!” Ujar Ji hyun sedikit kesal. “Tapi, gomawo Minho atas pertolonganmu kemarin, aku tidak tahu bagaimana nantinya jika kau tidak menolongku, mungkin aku..” Ji hyun menunduk. Ia terdiam. Gadis itu menangis. Ji hyun menangis sesenggukan.
“Aku takut Minho, aku takut mati. Aku.. huhu..”
GRAP.
Tangan kekarnya meraup tubuh gadis itu. Ji hyun kini sudah berada dalam pelukan Minho. Ji hyun menangis semakin keras. Tetapi pelukan itu cukup menenangkannya.
“Sudahlah, jangan menangis. Aku ada di sini. Aku akan menjagamu Ji hyun-ah” ucap Minho lembut. ini bukan Minho yang biasanya. Minho tidak pernah bersikap selembut ini dengannya. “Dan kau semakin jelek saat menangis, suara tangisanmu itu pun sangat mengerikan,sudahlah.” BUGH! Di pukulnya dada bidang Minho sekuat yang ia bisa
“YA!!” teriak Minho kesakitan
“Kau menyebalkan!”
“Kau lebih menyebalkan. Berapa banyak mangkuk nasi yang kau makan sih? Badanmu itu berat sekali tau, lenganku sampai pegal-pegal semalam. Kajjaa! Kau mau ke kampus kan?” seru Minho sambil menggamit tas ransel milik Ji hyun
“YA!! Minho!!”
*** 
H-1. Besok adalah hari yang di tunggu Ji hyun. Hari dimana semua kerja keras Ji hyun beberapa hari ini akan terbalaskan. Pameran lukisan Art Seoul National University fakultas seni lukis. Ji hyun sebagai ketuanya sangat bangga bisa memimpin acara kebanggaan kampusnya itu. Kini ia sedang mengatur panggung yang akan dipakai untuk MC dan berbagai orang penting lainnya yang akan memberi sambutan.
Namun, kondisi tubuhnya saat ini belum pulih total dari kecelakaan kemarin. Ia semakin merasa kelelahan. Tubuhnya terasa remuk, badannya masih sedikit kesakitan karena banturan kemarin. Dan tiba-tiba Ji hyun merasa pening yang teramat  sakit dikepalanya. “AAAA!!” teriaknya.
 CKIIIT. NGIUUNG. DUAAR!! Suara-suara itu terus terngiang dikepalanya. Seperti ada suara ledakan, dentuman, dan dengungan keras dikepalanya. Ia merasakan sakit yang tidak terkira di kepala dan di telinganya. “AAAA!!” Ji hyun hanya bisa berteriak dan menutup telinganya. Ia sangat takut dengan suara-suara itu. Hanya ada ia sendiri di ruangan sebesar itu. Para panitia sedang beristirahat di luar. Teriakannya kali ini bercampur dengan suara tangis yang memilukan. Ji hyun masih menahan sakitnya.
Minho yang tidak sengaja melewati aula berisi panggung yang akan dijadikan tempat untuk sambutan itu mendengar suara jeritan seorang wanita di susul dengan suara tangisnya. Karena penasaran, Minho segera memasuki ruangan itu. Betapa kagetnya ia, ternyata wanita itu adalah Ji hyun.
“Ji hyun-ah? Waeyo? Apa yang terjadi padamu?” direngkuhnya wanita itu ke dalam pelukannya. “ulljima, aku ada di sini. Menangislah jika itu memang membuatmu sakit” seru Minho lembut
“Sangat sakit Minho, sakit sekali. Banyak suara ledakan dan dentuman keras di sini. Aku tidak tahan.. huhu..” isak tangis Ji hyun kini sudah tidak dapat di bendung. Ia tumpahkan semuanya di dada Minho.
“Bertahanlah, sebaiknya sekarang kau harus ke rumah sakit atau beristirahat saja di rumah, otte?
“Tidak, aku tidak bisa meninggalkan semua ini. Masih banyak tugas-tugas yang belum aku selesaikan. Sebagai ketua aku harus bertanggung jawab dengan acara ini..”
“Ji hyun-ah, jangan memaksakan diri. Aku bisa menggantikanmu. Jika kau memaksakan diri, besok kau tidak akan sanggup. Besok pasti akan lebih melelahkan..”
Andwae! Jangan paksa aku Minho. Aku bisa dan aku ingin melakukannya. Aku tidak ingin terlihat seperti pemimpin yang tidak bertanggung jawab.” Jawab Ji hyun mantap
Minho sudah hafal bagaimana sifat Ji hyun sejak SMA. Gadis itu tidak bisa di bantah jika sudah punya keinginan. Dia orang yang sangat keras kepala. “Baiklah jika itu maumu. Aku tahu aku tidak bisa memaksamu lagi. Tapi kumohon jangan terlalu dipaksakan. Jaga kondisi tubuhmu untuk besok”
Arrasseo, sudah sana kau pergi. Lanjutkan pekerjaanmu!” perintah Ji hyun masih sedikit sesak di dada seusai menangis  
“Aku ingin menemanimu disini, aku takut jika kau..”
“Sudahlah Minho aku sedang ingin sendiri. Aku baik-baik saja sekarang, aku bukan anak usia 5 tahun yang harus kau perhatikan terus menerus. Pergilah, aku sudah memberikan tugas untukmu bukan? Pergi!” Raung Ji hyun kesal. Hari ini selain kondisi tubuhnya yang sedikit menurun. Mood-nya pun sedang sangat tidak baik.
“Tapi..”
“Ku bilang pergi!”
Minho akhirnya mengalah, ia keluar dari ruangan itu. Ia benar-benar bingung dengan Ji hyun hari ini. Ia takut sesuatu terjadi lagi dengan Ji hyun. Dan walaupun ia tidak diizinkan untuk menemaninya di dalam ruangan itu, ia tetap akan menunggu Ji hyun di luar ruangan. Namun kekhawatirannya terhadap Ji hyun kini sangat berlebihan. Apa ini salah? Khawatir terhadap sahabatnya sendiri. Tapi ini aneh. Ini sungguh berlebihan. Rasanya berbeda. Apa Minho menyukai gadis itu?

*** 

Minho sudah pergi. Tapi anehnya Ji hyun kembali menangis. Bahkan lebih kencang dari sebelumnya. “Minho-ya, mianhae. Jeongmal mianhae..” serunya tertahan di sela tangisnya.
Aku tahu ini akan berlanjut buruk. Aku tahu sakit ini, an aku tidak ingin kau tahu Minho. Maaf. Aku takut, aku tidak bisa jauh darimu
 Matanya masih mengerjap-ngerjap mencoba beradaptasi dengan cahaya terang di atap ruangan itu. Ji hyun sadar, ia ingat belum lama bus yang ia tumpangi menuju rumahnya mengalami kecelakaan dan membuatnya berada di rumah sakit ini. Tapi siapa yang membawanya kesini? Dan ia ingat, saat darah mengalir dari pelipisnya, suara Minho yang ia dengar. Ji hyun sangat senang, ia yakin ia akan selamat. Dan sekarang Ji hyun masih bisa membuka matanya. Tuhan terimaksih, aku sangat bersykur atas semua ini
Tapi tiba-tiba Ji hyun merasakan suara ledakan, dentuman dan dengungan keras yang berasal dari dalam kepalanya. Padahal hanya ada ia sendiri di ruangan itu. Ji hyun takut, suara itu semakin keras dan membuat telinganya sangat sakit “AAAAAAAA!!! Eommaa, sakit” teriak Ji hyun sambil menutup telinganya menahan rasa takit. Pipinya kini sudah basah oleh air mata.
“Ji hyun-ah? Kau sudah sadar?Apa yang terjadi?”
“Eomma sakit AAAAA!! Huhu..”
“Tunggu biar eomma panggilkan dokter”

*** 

“Dokter apa yang terjadi pada saya? Kenapa ada banyak suara ledakan di kepala saya? Tanya Ji hyun ketika ia sudah tenang
“Exploding Head Syndrome. Suatu kelainan yang langka. Yang umumnya terjadi pada wanita. Yaitu, adanya suara ledakan, dentuman, atau dengungan keras yang berasal dari kepala. Yang biasanya terjadi saat baru terjaga dari tidurnya. Biasanya, penyebab dari kelainan ini dari stress, kelelahan, atau trauma. Sepertinya kau mengalaminya karena kecelakaan itu.” Ucap sang dokter panjang lebar.
Ji hyun sangat terpukul. Ia takut. “La-lalu apakah ada obatnya dok?” tanya Ji hyun
“Saat ini belum ditemukan obat yang sudah pasti dapat menyembuhkan kelainan ini. Tapi mungkin kau dapat menjalani pengobatan terapi di Jepang. Kemungkinan besar di Jepang sudah ada penyembuhan yang efektif”
“Ga-gamshamnida dok! Gamshamnida sepertinya saya akan mencobanya” Kata Ji hyun sambil membungkukkan sedikit badannya berulang kali sebagai bentuk penghormatan dan terimakasih
“Ne, jaga kondisi tubuhmu. Dan maaf saya tidak dapat banyak membantu. Semoga pengobatanmu berhasil Ji hyun-ssi”
 “ne, terimakasih dok!”

*** 

Exploding Head Syndrome, cih penyakit macam apa itu. Ji hyun sangat benci. Dan besok, setelah acara pameran lukisan miliknya selesai, Ji hyun akan langsung dikirim oleh eomma-appanya ke Jepang untuk terapi pengobatan. Tapi ia tidak segan mengatakan semua ini kepada Minho. Ia tidak sanggup berpisah dengan Minho dan melihat kekecewaan pria itu. Ji hyun takut tidak dapat melihat Minho lagi setelah esok. Cukup ia yang merasakan sakit ini, Ji hyun tidak ingin Minho merasa sedih juga. Jadi ia ingin Minho membencinya dan dapat melupakannya begitu saja.
Ketika Ji hyun keluar dari ruang aula itu, betapa terkejutnya ia. Yang terlihat di depan pintu yaitu sosok yang sangat ia kenal lima tahun belakangan ini. Minho. Sahabatnya ini masih menungginya dari tadi di depan ruangan ini. “Minho-ya.. mianhae..” aliran sungai kecil itu kembali membasahi pipi putih pualamnya.

***
April 13th 2012 KST.10.00

The day. PAMERAN LUKISAN SEOUL NATIONALY ART UNIVERSITY. Itulah tulisan yang terpampang di atas kain spanduk gedung kampus tersebut.  Gadis berambut gelombang coklat gelap itu tampak manis dengan gaun biru pastel yang dibalut kardigan putih yang pas di tubuh rampingnya. Dan sepatu heels pendek putih yang membuatnya sedikit elegan. Statusnya sebagai ketua di acara besar ini membuatnya lebih terlihat cantik di banding penampilan kesehariannya yang terlihat cuek dan sedikit boyish. Ji hyun. Gadis itu sedikit sibuk di balik panggung untuk mempersiapkan sambutan yang akan di berikannya sebentar lagi.
~
Dan untunglah hari ini ia sedang berdamai dengan penyakitnya. Belum ada tanda-tanda rasa sakit itu akan muncul kembali. Acara berjalan lancar sampai selesai. Lukisan sungai Han dan lukisan bunga lily putih yang menjadi perbincangan para pengunjung dan para seniman yang datang selama pameran berlangsung. Dan yang tak lain dan tak bukan lukisan itu milik Choi Minho dan Song Ji hyun. Minho yang hendak bersuka cita bersama Ji hyun baru menyadari,  kalau gadis itu sudah tidak ada di sampingnya. Minho mulai panik. Ia telusuri di tiap ruangan yang ia lewati. Sampai ia melewati pintu keluar dari gedung kampusnya ini. Ia tertegun melihat sosok yang sangat ia kenali itu pergi dan masuk ke sebuah mobil yang sudah pergi begitu cepat. Cepat-cepat Minho menelepon Ji hyun, tapi sia-sia. Handphone Ji hyun sudah tidak aktif dan tidak dapat di hubungi lagi.
Minho bingung membatu. Secepat itukah dia pergi? Tidak adakah kata-kata perpisahan setidaknya sebelum pergi? Haish, gadis itu benar-benar menjengkelkan. Bagaimana aku bisa menghubunginya, bagaimana aku bisa bertemu kembali dengannya? Apa aku bisa hidup tanpa gadis seperti Ji hyun. Ji hyun-ah kumohon jangan lama-lama kau pergi.. 

***
2 Tahun Kemudian..
April 14th 2013. JST 09.00

Ini masih musim semi di Jepang. Pagi ini pria itu kembali menyesap secangkir esspresso panas di ruang kerjanya. Adiksi dari kopi itu selalu membuatnya nyaman dan terlena. Membuatnya teringat kembali dengan sorang gadis pencinta kopi jenis moccachino latte. Seorang gadis yang keras kepala, yang egois dan selalu ingin menang. Seorang gadis manis yang selalu tersentuh dengan hasil karyaku. Sekarang aku tidak bisa mengelak, aku menyukai gadis itu. Setelah gadis itu pergi tanpa sebab dan pamit. Semuanya benar-benar berbeda. Seperti kanvas tanpa catnya. Kosong. Tanpa ada warna yang menghiasinya. Itulah aku. Sampai saat ini pun aku masih merasa kehilangannya. Hidupku benar-benar tampak kosong dan tak berwarna. Aku sangat sangat rindu. Tak pernah berhasil aku mencari gadis itu di setiap sudut kota seoul. Apa aku benar-benar harus menyerah?
“Tuan Minho, beberapa lukisan yang sudah anda buat beberapa minggu ini sudah saya masukan ke dalam mobil. Apa anda ingin berangkat sekarang?”
“Oh,baiklah ne gamshamnida ajjusshi” sahut pria itu yang ternyata bernama Minho sambil membungkukkan sedikit badannya
Kali ini impiannya trerwujud, saat ini Minho sedang membuat festival lukisan di Tokyo, Jepang. Atau bisa dibilang festival lukisan terbesar di negara Jepang dan kota tokyo. Di Jepang Minho jadi Seniman terkenal se-Asia Timur ini. Sudah pasti lukisan-lukisannya pun terpampang dan paling ramai di bicarakan pengunjung. Dan yang paling banyak di sukai orang adalah lukisan gadis korea bergaun biru pastel dengan kardigan putih. Rambutnya coklat tua bergelombang panjang jatuh tergerai begitu saja di pundaknya sedang membaca buku. Lukisan itu berinisialkan SJ yang tentu saja berarti Song Ji hyun.
Di sudut lain ruangan terlihat sekerumunan orang-orang yang ingin melihat lukisan para seniman lain. Karena penasaran, Minho mendekati kerumunan tersebut ,lukisan seperti apakah yang membuat orang-orang heboh berkumpul sepeti ini. Ternyata itu adalah lukisan pria dengan kemeja kotak-kotak biru yang terbuka dan kaus putih yang terlihat di dalamnya. Sedang memandangi jendela sambil menyesap kopi esspresso. Benar-benar lukisan yang luar biasa. Tapi sepertinya aku mengenali gambar ini. Dan terlihat tulisan inisialnya. CM. Yap! Ini adalah lukisanku. Choi Minho. Siapa seniman yang dapat melukisku sehebat ini?
“Itu lukisanku Minho! Bagus bukan? Sepertinya kau sangat menyukainya. Mengaku kalah huh?” Goda suara itu. Seakan bisa menjawab apa kata hati minho.
“K-kau? Apa benar itu kau Ji hyun-ah?” tanyanya seakan tidak percaya.
“Ne, ini aku! Baru 2 tahun ku tinggal saja kau sudah lupa huh!”
“T-tapi, kenapa waktu itu kau meninggalkanku begitu saja tanpa pamit?!  Kenapa kau baru datang sekarang huh?! Kau selalu saja membuat orang khawatir!” Seru Minho kesal
“Kau marah? Hahaha mianhae..” tawanya itu semakin membuat Minho kesal tapi juga bahagia karena bisa bertemu dengan gadis yang sudah sangat lama ia rindukan itu
GRAP. Direngkuhnya gadis itu kedalam tangan kekarnya
“Iya, aku marah. Ku mohon jangan pergi jauh jauh lagi dariku. Aku tau penyakitmu Exploid Head Syndrome itu. Jadi tolong jangan pergi dariku lagi. Saranghae
“Ha-haah?..” Gadis itu sedikit kaget tapi ia senang dan ia sudah tau sejak di coffee shop itu. “nado saranghae” di balaslah pelukannya itu. “Hey, Minho! Aku ingin bawa pulang lukisanmu yang bergambar aku itu ke seoul!”
“Kau berani bayar berapa jagi?”
“YA!!”
The end.

***
Hahahaha ini modal nekat banget pertama kalinya ngepost cerita karya sendiri di blog. Cerita ini sebenernya tugas bahasa indonesia waktu kelas sepuluh. Herannya, bu Evi bilang ini cerita bagus banget. terus dikembangin dan aku punya potensi bikin novel. preet banget ah bu~ hahaha. Tapi cukup bangga dan super seneng banget bisa bikin cerita sampai end karna biasanya, bikin ga pernah selesai -numpuk jadi draft-. Daaaaan... Big thanks buat ghana, karena ide cerita ini awalnya dari ghana hahaha. Makanya aku beraniin ngepost di blog karna ngerasa punya utang sama ghana ehe. Semoga yaa aku bisa bikin cerita lagi :D

@nabilah_ns cheers!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tentang Kami, A!

Resmi Kampus Jingga!

byebye semester satu!