Love You~
***
Choi Minho dan Song Ji
hyun memang sudah saling mengenal sejak SMA, dan tiga tahun berada di kelas
yang sama. Pikiran yang sejalan dan adanya kecocokan, membuat mereka dekat, dan
mendeklarasikan diri sebagai sepasang sahabat. Sketchbook dan kanvaslah yang
menyatukan mereka. Hingga Minho dan Ji hyun berada di satu universitas dan satu
fakultas yang sama.
“Pameran lukisan tahun
ini sepertinya akan jadi yang terhebat sepanjang sejarah fakultas seni lukis!”
seru Minho sambil menyuapkan potongan terakhir dari waffle cokelatnya yang
hampir habis
“Tentu saja, karena aku
ketuanya. Kalau tidak, mungkin pameran kali ini tidak akan berhasil hahaha”
ucap Ji hyun percaya diri. Lalu meneguk kembali moccachinno latte-nya
“Cih, tingkat percaya
dirimu semakin tinggi saja! Tapi kau tidak makan Ji hyun-ah? Seharian ini kau
belum makan kan? Kemarin siang pun kau tidak makan. Jangan sampai kau sakit.
Kau terlalu sibuk akhir-akhir ini”
“iya, iya aku tahu.
Tapi aku sedang tidak lapar Minho-ya. Kau ini lebih bawel dari eommaku!”
“Hyunnie,kau harus
makan! Kali ini aku yang traktir bukan? Ayolah, jangan sia-siakan uangku ini.
Baiklah, aku pesankan spaghetti kesukaanmu itu. Dan jangan ada penolakan, oke?”
“Yayayaa baiklah,
terserah kau saja” ucap Ji hyun acuh tak acuh. Sambil menunggu Minho membeli
spaghettinya, gadis itu melihat lihat sketchbook milik Minho yang terselip di
tasnya. Minho memang berbakat. Gambar-gambar buatannya selalu terlihat hidup.
Dan dia paling jago dalam teknik mengarsir. Bahkan Ji hyun sering iri dan selalu
menjadikan Minho sebagai saingannya dalam menggambar. Ji hyun juga ingat Minho
pernah bermimpi ingin membuat pameran lukisan sendiri se-Korea Selatan. Dan
yang paling Ji hyun suka gambar Namsan Tower dihadapannya ini. Benar-benar
menakjubkan. Seperti aslinya. Tapi ini...
“Hey,Ji hyun-ah! Jangan
sentuh barang-barangku! Kau tahu, bagi seorang seniman ini sangat rahasia.
Sembarangan saja kau ini.” Buku itu kini sudah berpindah tangan ke tangan Minho
dengan cepat. Minho segera menyimpan buku tersebut kedalam tasnya agar Ji hyun
tidak merebutnya kembali
“Ish,kau ini! Kau kan
belum menjadi seniman! Kemarikan bukunya aku belum selesai melihatnya! Cih,kemampuanmu
hampir menyaingiku Minho.” Ji hyun kini harus menghabiskan spaghetti yang Minho
pesankan
“Shirreo! Huh,dasar miss perfect! Tentu saja aku akan mengalahkanmu.
Lihat saja nanti lukisan siapa yang akan banyak menarik perhatian saat pameran.
Eh,kau belum melihat semua gambarnya kan?”
“Tentu saja lukisanku
yang pasti lebih hebat darimu!” sahut Ji hyun percaya diri lagi. “A-anio, aku
baru melihat sampai gambar Namsan Towermu itu, tapi kau sudah merebutnya. Ada
apa? Pasti ada yang kau sembunyikan. Lihat saja nanti aku akan merebut kembali
sketchbookmu itu”
“A-anio itu tidak
penting. Ayo,pulang!” ucap Minho kalah dan sedikit gugup. Kali ini Minho sedang
tidak ingin berdebat dengan Ji hyun
***
Kini Ji hyun dan Minho
sudah berpisah jalan. Rumah mereka memang berbeda arah. Ji hyun biasa pulang
dengan bus, sedangkan Minho pulang dengan sepedanya yang setiap hari ia bawa
kemana pun ia pergi. Namun, sore ini langit terlihat lebih mendung. Awan hitam
bergemuruh menandakaan akan turunnya hujan. Bus yang ditumpangi Ji hyun saat
ini sudah bergerak menjauhi halte di dekat coffee shop itu. Hujan mulai turun. Kali
ini bus tersebut tidak sepenuh biasanya. Hanya sedikit penumpang yang duduk di
kursi-kursi tersebut.
Hujan semakin deras,
dan jalanan semakin licin. Saat Ji hyun akan menyalakan MP4-nya, sebuah sepeda motor
datang dengan kecepatan yang cukup tinggi dan hendak menyalip bus yang Ji hyun
tumpangi. Namun karena jalanan terlalu licin, motor itu tergelincir di depan
bus. Supir bus yang melihat kejadian tersebut segara membanting setir kearah
kiri jalan. Tapi sialnya bus itu menabrak beton sisi jalan, yang membuat
tabrakan beruntun dibelakangnya. Kecelakaan tersebut mendapatkan beberapa
korban. Terutama si pemilik motor itu. Dan menyebabkan kemacetan yang panjang
dan cukup lama untuk evakuasi para korban dan beberapa mobil juga bus.
Untunglah saat motor
tersebut melewati bus, headset Ji hyun terjatuh ke kolong kursi dan membuat Ji
hyun sedikit terlindung dari hantaman bus dengan beton sisi jalan. Namun sayangnya
tabrakan itu sangat keras dan membuat kepala Ji hyun sedikit terbentur dan
mengenai serpihan kaca yang pecah. Ia juga merasa sangat pusing dan sakit di
kepalanya saat mendengar suara-suara tabrakan itu. Darah segar mengalir dari
pelipisnya. Bau hanyir itu membuat Ji hyun tidak sadarkan diri lagi.
***
Awan hitam bergemuruh
menandakan akan turunnya hujan. Minho mulai mempercepat kayuhan sepedanya. Ia
baru saja meninggalkan coffee shop tersebut dan meninggalkan Ji hyun yang sudah
menaiki busnya. Hujan pun semakin deras. Jalanan di ruas sebelah kanan
mengalami kemacetan yang cukup panjang. Minho pikir ada yang tidak beres di
ujung jalan itu, hingga membuat kemacetan seperti ini. DEG. Tapi tiba-tiba
Minho merasakan firasat buruk yang terkait kemacetan tersebut.
Karena penasaran, Minho
berbalik arah. Minho mengayuh sepedanya kepusat kemacetan itu. Entah kenapa,
jantung minho berdetak sangat cepat. Entah kenapa saat ini yang iya khawatir
kan adalah Ji hyun. Minho merasa ada hal buruk yang terjadi pada Ji hyun.
Semakin cepatlah Minho mengayuh sepedanya. Ia sudah tidak peduli dengan derasnya
hujan yang telah membuat badannya basah kuyup kedinginan. Hanya Ji hyunlah yang
kini ada di pikirannya.
Dan yang terjadi benar.
K250J. Minho masih ingat benar plat nomor bus yang di tumpangi Ji hyun. Keadaan
bus itu cukup mengenaskan, dan membuat Minho shock. Tabrakan beruntun yang berawal dari bus yang ditumpangi Ji
hyun. Minho berlari kesetanan menuju bus itu. Dia yakin Ji hyun masih berada di
dalamnya.
“JI HYUN-AH! JI
HYUN-AH!! KAU DIMANA?” Minho kalang kabut. Dia benar-benar takut terjadi
sesuatu yang buruk dengan Ji hyun. Dan Minho pun membeku, terkulai lemah ketika
melihat sahabatnya itu bercucuran darah di pelipisnya tidak berdaya dibalik
bangku paling belakang.
“JI HYUN-AH! BANGUNLAH!
BERCANDAMU INI SANGAT TIDAK LUCU!” tidak mau banyak bicara lagi. Minho segera
menggendong Ji hyun, dan membawanya ke rumah sakit terdekat.
***
Satu jam sudah Minho mondar-mandir, pindah
dari satu kursi ke kursi yang lain. Menunggu bagaimana kabar Ji hyun
selanjutnya. Resah, takut, gelisah. Itulah yang kini ia rasakan. Kejadian tadi
benar-benar membuatnya shock. Baru
satu jam yang lalu pula ia mendengar tawa Ji hyun. Bersenda gurau dengannya.
Kenapa semua ini harus terjadi? Ya Tuhan, tolong selamatkan Ji hyun, aku
mohon...
“Minho..” Seorang
wanita paruh baya menepuk pundak Minho pelan.
Minho yang merasakan
sentuhan pelan di bahunya itu refleks membalikan badannya. Dia tertegun. Dia
jadi merasa bersalah. Wanita itu, sudah lama mempercayainya untuk Ji hyun. Tapi
sekarang ia malah meragukannya.
“eommonim...mianhae. Aku tidak bisa menjaganya dengan baik.” Tutur
minho
“gwenchana, itu bukan salahmu. Itu kecelakaan.” Ucap wanita itu. Ibu Ji hyun. Walaupun yang
pasti ia sangat terpukul tapi ia tidak bisa juga menyalahkan Minho. Ia sudah
menganggap Minho sebagai anaknya sendiri sejak Ji hyun mengenalnya. Di peluknya
Minho seperti anaknya sendiri.
“gwenchana, gwenchana..Ji hyun akan baik-baik saja” ucapnya kembali.
“Apa dokter belum mengatakan sesuatu Minho?”
“Belum..”
Saat itu pula pintu
ruang UGD terbuka. Seorang pria berjas putih keluar menghampiri Minho dan
ibunya Ji hyun.
“Apa kalian keluarga
dari pasien yang bernama Song Ji hyun?” tanya pria itu
“Ne, saya ibunya. Bagaimana keadaan anak saya?”
“Ji hyun baik-baik
saja. Hanya ada luka ringan dikepalanya. Lebih baik Ji hyun istirahat di sini
dulu. Besok dia sudah boleh pulang” kata pria yang ternyata adalah dokter yang
memeriksa Ji hyun itu. “Ji hyun mungkin masih sangat shock dengan kecelakaan
itu, dan mungkin akan ada sedikit trauma. Ini adalah mukjizat, untunglah Ji hyun
sempat berlindung dibawah kursi. Dan anak ini cepat membawanya kesini..” ucap
dokter itu sambil menepuk pundak minho “..dan Ji hyun dapat diselamatkan.
Apakah kau namjachingu-nya?”
“A-anio, saya bukan
pacarnya” Jawab Minho gugup.
“Hahaha, yang benar itu
belum. Iya kan Minho? Eommonim mendukungmu sejak lama” Goda ibunya Ji hyun
“Haish,eommonim
ini..ka-kami hanya bersahabat.” Minho menjadi salah tingkah. Mungkin bukan
sekarang waktunya. “Syukurlah kalau begitu, tapi mungkin sebaiknya sekarang aku
pulang dulu eommonim. Ada beberapa
tugas yang harus aku selesaikan sekarang dan aku harus mengganti pakaian ini.”
Tunjuk Minho pada kemeja dan kaos putihnya yang berlumur darah
“Oh, baiklah tapi apa
kau tidak ingin bertemu dengan Ji hyun dulu?”
“Tidak, aku akan
menemuinya besok pagi-pagi saja. Aku titipkan salam saja untuknya dan tolong
katakan padanya jagalah kesehatannya karena lusa, pameran lukisan sudah di
mulai. Aku tidak ingin dia telalu kelelahan.”
“Oh,baiklah nanti akan
eommonim sampaikan. Terimakasih banyak Minho eommonim tidak tahu lagi apa yang
akan terjadi jika kau tidak segara datang. Kau juga jaga kesehatan ya” ujar
eomma-nya Ji hyun
“ne,itu sudah tugasku
sebagai sahabat untuk menjaganya. Baiklah gamshamnida,
annyeong eommonim” Kata Minho sambil
sedikit membungkukkan badannya
Terimakasih Tuhan
karena kau telah menyelamatkan Ji hyun..
***
April 12th
2012. KST 08.00
Tok tok tok..
“ne,masuklah..”
Pagi
ini Minho menepati janjinya. Ia menemui Ji hyun. Tidak bisa di sangkal ia
merindukkan gadis itu. Kemarin adalah hari yang paling menegangkan dalam
hidupnya, dan berakhir dengan kebahagiaan. Ia bahagia, ia sangat senang saat
mengetahui Ji hyun baik-baik saja dari kecelakaan yang mengerikan itu.
“Annyeong
gadis bodoh, bagaimana pagimu? Kau baik-baik saja bukan? Kau ini hanya bisa
membuat orang lain khawatir ya.”
“Yaa!!
Kau ini cari ribut hah? Baru datang bukannya menyambutku dengan baik malah
mengataiku seperti itu!” Ujar Ji hyun sedikit kesal. “Tapi, gomawo Minho atas
pertolonganmu kemarin, aku tidak tahu bagaimana nantinya jika kau tidak
menolongku, mungkin aku..” Ji hyun menunduk. Ia terdiam. Gadis itu menangis. Ji
hyun menangis sesenggukan.
“Aku
takut Minho, aku takut mati. Aku.. huhu..”
GRAP.
Tangan
kekarnya meraup tubuh gadis itu. Ji hyun kini sudah berada dalam pelukan Minho.
Ji hyun menangis semakin keras. Tetapi pelukan itu cukup menenangkannya.
“Sudahlah,
jangan menangis. Aku ada di sini. Aku akan menjagamu Ji hyun-ah” ucap Minho
lembut. ini bukan Minho yang biasanya. Minho tidak pernah bersikap selembut ini
dengannya. “Dan kau semakin jelek saat menangis, suara tangisanmu itu pun
sangat mengerikan,sudahlah.” BUGH! Di pukulnya dada bidang Minho sekuat yang ia
bisa
“YA!!”
teriak Minho kesakitan
“Kau
menyebalkan!”
“Kau
lebih menyebalkan. Berapa banyak mangkuk nasi yang kau makan sih? Badanmu itu
berat sekali tau, lenganku sampai pegal-pegal semalam. Kajjaa! Kau mau ke kampus kan?” seru Minho sambil menggamit tas
ransel milik Ji hyun
“YA!!
Minho!!”
***
H-1.
Besok adalah hari yang di tunggu Ji hyun. Hari dimana semua kerja keras Ji hyun
beberapa hari ini akan terbalaskan. Pameran lukisan Art Seoul National
University fakultas seni lukis. Ji hyun sebagai ketuanya sangat bangga bisa
memimpin acara kebanggaan kampusnya itu. Kini ia sedang mengatur panggung yang
akan dipakai untuk MC dan berbagai orang penting lainnya yang akan memberi
sambutan.
Namun,
kondisi tubuhnya saat ini belum pulih total dari kecelakaan kemarin. Ia semakin
merasa kelelahan. Tubuhnya terasa remuk, badannya masih sedikit kesakitan
karena banturan kemarin. Dan tiba-tiba Ji hyun merasa pening yang teramat sakit dikepalanya. “AAAA!!” teriaknya.
CKIIIT. NGIUUNG. DUAAR!! Suara-suara itu terus
terngiang dikepalanya. Seperti ada suara ledakan, dentuman, dan dengungan keras
dikepalanya. Ia merasakan sakit yang tidak terkira di kepala dan di telinganya.
“AAAA!!” Ji hyun hanya bisa berteriak dan menutup telinganya. Ia sangat takut
dengan suara-suara itu. Hanya ada ia sendiri di ruangan sebesar itu. Para panitia
sedang beristirahat di luar. Teriakannya kali ini bercampur dengan suara tangis
yang memilukan. Ji hyun masih menahan sakitnya.
Minho
yang tidak sengaja melewati aula berisi panggung yang akan dijadikan tempat
untuk sambutan itu mendengar suara jeritan seorang wanita di susul dengan suara
tangisnya. Karena penasaran, Minho segera memasuki ruangan itu. Betapa kagetnya
ia, ternyata wanita itu adalah Ji hyun.
“Ji
hyun-ah? Waeyo? Apa yang terjadi
padamu?” direngkuhnya wanita itu ke dalam pelukannya. “ulljima, aku ada di sini. Menangislah jika itu memang membuatmu
sakit” seru Minho lembut
“Sangat
sakit Minho, sakit sekali. Banyak suara ledakan dan dentuman keras di sini. Aku
tidak tahan.. huhu..” isak tangis Ji hyun kini sudah tidak dapat di bendung. Ia
tumpahkan semuanya di dada Minho.
“Bertahanlah,
sebaiknya sekarang kau harus ke rumah sakit atau beristirahat saja di rumah, otte?
“Tidak,
aku tidak bisa meninggalkan semua ini. Masih banyak tugas-tugas yang belum aku
selesaikan. Sebagai ketua aku harus bertanggung jawab dengan acara ini..”
“Ji
hyun-ah, jangan memaksakan diri. Aku bisa menggantikanmu. Jika kau memaksakan
diri, besok kau tidak akan sanggup. Besok pasti akan lebih melelahkan..”
“Andwae! Jangan paksa aku Minho. Aku bisa
dan aku ingin melakukannya. Aku tidak ingin terlihat seperti pemimpin yang
tidak bertanggung jawab.” Jawab Ji hyun mantap
Minho
sudah hafal bagaimana sifat Ji hyun sejak SMA. Gadis itu tidak bisa di bantah
jika sudah punya keinginan. Dia orang yang sangat keras kepala. “Baiklah jika
itu maumu. Aku tahu aku tidak bisa memaksamu lagi. Tapi kumohon jangan terlalu
dipaksakan. Jaga kondisi tubuhmu untuk besok”
“Arrasseo, sudah sana kau pergi.
Lanjutkan pekerjaanmu!” perintah Ji hyun masih sedikit sesak di dada seusai
menangis
“Aku
ingin menemanimu disini, aku takut jika kau..”
“Sudahlah
Minho aku sedang ingin sendiri. Aku baik-baik saja sekarang, aku bukan anak
usia 5 tahun yang harus kau perhatikan terus menerus. Pergilah, aku sudah
memberikan tugas untukmu bukan? Pergi!” Raung Ji hyun kesal. Hari ini selain
kondisi tubuhnya yang sedikit menurun. Mood-nya pun sedang sangat tidak baik.
“Tapi..”
“Ku
bilang pergi!”
Minho
akhirnya mengalah, ia keluar dari ruangan itu. Ia benar-benar bingung dengan Ji
hyun hari ini. Ia takut sesuatu terjadi lagi dengan Ji hyun. Dan walaupun ia
tidak diizinkan untuk menemaninya di dalam ruangan itu, ia tetap akan menunggu
Ji hyun di luar ruangan. Namun kekhawatirannya terhadap Ji hyun kini sangat
berlebihan. Apa ini salah? Khawatir terhadap sahabatnya sendiri. Tapi ini aneh.
Ini sungguh berlebihan. Rasanya berbeda. Apa Minho menyukai gadis itu?
***
Minho
sudah pergi. Tapi anehnya Ji hyun kembali menangis. Bahkan lebih kencang dari
sebelumnya. “Minho-ya, mianhae. Jeongmal mianhae..” serunya tertahan di sela
tangisnya.
Aku
tahu ini akan berlanjut buruk. Aku tahu sakit ini, an aku tidak ingin kau tahu
Minho. Maaf. Aku takut, aku tidak bisa jauh darimu
Matanya masih mengerjap-ngerjap mencoba beradaptasi
dengan cahaya terang di atap ruangan itu. Ji hyun sadar, ia ingat belum lama
bus yang ia tumpangi menuju rumahnya mengalami kecelakaan dan membuatnya berada
di rumah sakit ini. Tapi siapa yang membawanya kesini? Dan ia ingat, saat darah
mengalir dari pelipisnya, suara Minho yang ia dengar. Ji hyun sangat senang, ia
yakin ia akan selamat. Dan sekarang Ji hyun masih bisa membuka matanya. Tuhan
terimaksih, aku sangat bersykur atas semua ini
Tapi tiba-tiba Ji hyun merasakan
suara ledakan, dentuman dan dengungan keras yang berasal dari dalam kepalanya.
Padahal hanya ada ia sendiri di ruangan itu. Ji hyun takut, suara itu semakin
keras dan membuat telinganya sangat sakit “AAAAAAAA!!! Eommaa, sakit” teriak Ji
hyun sambil menutup telinganya menahan rasa takit. Pipinya kini sudah basah
oleh air mata.
“Ji hyun-ah? Kau sudah sadar?Apa
yang terjadi?”
“Eomma sakit AAAAA!! Huhu..”
“Tunggu biar eomma panggilkan
dokter”
***
“Dokter apa yang terjadi pada saya?
Kenapa ada banyak suara ledakan di kepala saya? Tanya Ji hyun ketika ia sudah
tenang
“Exploding Head Syndrome. Suatu
kelainan yang langka. Yang umumnya terjadi pada wanita. Yaitu, adanya suara
ledakan, dentuman, atau dengungan keras yang berasal dari kepala. Yang biasanya
terjadi saat baru terjaga dari tidurnya. Biasanya, penyebab dari kelainan ini
dari stress, kelelahan, atau trauma. Sepertinya kau mengalaminya karena
kecelakaan itu.” Ucap sang dokter panjang lebar.
Ji hyun sangat terpukul. Ia takut.
“La-lalu apakah ada obatnya dok?” tanya Ji hyun
“Saat ini belum ditemukan obat yang
sudah pasti dapat menyembuhkan kelainan ini. Tapi mungkin kau dapat menjalani
pengobatan terapi di Jepang. Kemungkinan besar di Jepang sudah ada penyembuhan
yang efektif”
“Ga-gamshamnida dok! Gamshamnida
sepertinya saya akan mencobanya” Kata Ji hyun sambil membungkukkan sedikit badannya
berulang kali sebagai bentuk penghormatan dan terimakasih
“Ne, jaga kondisi tubuhmu. Dan maaf
saya tidak dapat banyak membantu. Semoga pengobatanmu berhasil Ji hyun-ssi”
“ne, terimakasih dok!”
***
Exploding
Head Syndrome, cih penyakit macam apa itu. Ji hyun sangat benci. Dan besok,
setelah acara pameran lukisan miliknya selesai, Ji hyun akan langsung dikirim
oleh eomma-appanya ke Jepang untuk
terapi pengobatan. Tapi ia tidak segan mengatakan semua ini kepada Minho. Ia
tidak sanggup berpisah dengan Minho dan melihat kekecewaan pria itu. Ji hyun
takut tidak dapat melihat Minho lagi setelah esok. Cukup ia yang merasakan
sakit ini, Ji hyun tidak ingin Minho merasa sedih juga. Jadi ia ingin Minho
membencinya dan dapat melupakannya begitu saja.
Ketika
Ji hyun keluar dari ruang aula itu, betapa terkejutnya ia. Yang terlihat di
depan pintu yaitu sosok yang sangat ia kenal lima tahun belakangan ini. Minho.
Sahabatnya ini masih menungginya dari tadi di depan ruangan ini. “Minho-ya..
mianhae..” aliran sungai kecil itu kembali membasahi pipi putih pualamnya.
***
April
13th 2012 KST.10.00
The
day. PAMERAN LUKISAN SEOUL NATIONALY ART UNIVERSITY. Itulah tulisan yang
terpampang di atas kain spanduk gedung kampus tersebut. Gadis berambut gelombang coklat gelap itu
tampak manis dengan gaun biru pastel yang dibalut kardigan putih yang pas di
tubuh rampingnya. Dan sepatu heels pendek putih yang membuatnya sedikit elegan.
Statusnya sebagai ketua di acara besar ini membuatnya lebih terlihat cantik di
banding penampilan kesehariannya yang terlihat cuek dan sedikit boyish. Ji hyun. Gadis itu sedikit sibuk
di balik panggung untuk mempersiapkan sambutan yang akan di berikannya sebentar
lagi.
~
Dan
untunglah hari ini ia sedang berdamai dengan penyakitnya. Belum ada tanda-tanda
rasa sakit itu akan muncul kembali. Acara berjalan lancar sampai selesai.
Lukisan sungai Han dan lukisan bunga lily putih yang menjadi perbincangan para
pengunjung dan para seniman yang datang selama pameran berlangsung. Dan yang
tak lain dan tak bukan lukisan itu milik Choi Minho dan Song Ji hyun. Minho
yang hendak bersuka cita bersama Ji hyun baru menyadari, kalau gadis itu sudah tidak ada di
sampingnya. Minho mulai panik. Ia telusuri di tiap ruangan yang ia lewati.
Sampai ia melewati pintu keluar dari gedung kampusnya ini. Ia tertegun melihat
sosok yang sangat ia kenali itu pergi dan masuk ke sebuah mobil yang sudah
pergi begitu cepat. Cepat-cepat Minho menelepon Ji hyun, tapi sia-sia.
Handphone Ji hyun sudah tidak aktif dan tidak dapat di hubungi lagi.
Minho
bingung membatu. Secepat itukah dia pergi? Tidak adakah kata-kata perpisahan
setidaknya sebelum pergi? Haish, gadis itu benar-benar menjengkelkan. Bagaimana
aku bisa menghubunginya, bagaimana aku bisa bertemu kembali dengannya? Apa aku
bisa hidup tanpa gadis seperti Ji hyun. Ji hyun-ah kumohon jangan lama-lama kau
pergi..
***
2
Tahun Kemudian..
April
14th 2013. JST 09.00
Ini
masih musim semi di Jepang. Pagi ini pria itu kembali menyesap secangkir
esspresso panas di ruang kerjanya. Adiksi dari kopi itu selalu membuatnya
nyaman dan terlena. Membuatnya teringat kembali dengan sorang gadis pencinta
kopi jenis moccachino latte. Seorang gadis yang keras kepala, yang egois dan
selalu ingin menang. Seorang gadis manis yang selalu tersentuh dengan hasil
karyaku. Sekarang aku tidak bisa mengelak, aku menyukai gadis itu. Setelah
gadis itu pergi tanpa sebab dan pamit. Semuanya benar-benar berbeda. Seperti
kanvas tanpa catnya. Kosong. Tanpa ada warna yang menghiasinya. Itulah aku.
Sampai saat ini pun aku masih merasa kehilangannya. Hidupku benar-benar tampak
kosong dan tak berwarna. Aku sangat sangat rindu. Tak pernah berhasil aku
mencari gadis itu di setiap sudut kota seoul. Apa aku benar-benar harus
menyerah?
“Tuan
Minho, beberapa lukisan yang sudah anda buat beberapa minggu ini sudah saya
masukan ke dalam mobil. Apa anda ingin berangkat sekarang?”
“Oh,baiklah
ne gamshamnida ajjusshi” sahut pria itu yang ternyata bernama Minho sambil
membungkukkan sedikit badannya
Kali
ini impiannya trerwujud, saat ini Minho sedang membuat festival lukisan di Tokyo,
Jepang. Atau bisa dibilang festival lukisan terbesar di negara Jepang dan kota
tokyo. Di Jepang Minho jadi Seniman terkenal se-Asia Timur ini. Sudah pasti
lukisan-lukisannya pun terpampang dan paling ramai di bicarakan pengunjung. Dan
yang paling banyak di sukai orang adalah lukisan gadis korea bergaun biru
pastel dengan kardigan putih. Rambutnya coklat tua bergelombang panjang jatuh
tergerai begitu saja di pundaknya sedang membaca buku. Lukisan itu
berinisialkan SJ yang tentu saja berarti Song Ji hyun.
Di
sudut lain ruangan terlihat sekerumunan orang-orang yang ingin melihat lukisan
para seniman lain. Karena penasaran, Minho mendekati kerumunan tersebut
,lukisan seperti apakah yang membuat orang-orang heboh berkumpul sepeti ini.
Ternyata itu adalah lukisan pria dengan kemeja kotak-kotak biru yang terbuka
dan kaus putih yang terlihat di dalamnya. Sedang memandangi jendela sambil
menyesap kopi esspresso. Benar-benar lukisan yang luar biasa. Tapi sepertinya
aku mengenali gambar ini. Dan terlihat tulisan inisialnya. CM. Yap! Ini adalah
lukisanku. Choi Minho. Siapa seniman yang dapat melukisku sehebat ini?
“Itu
lukisanku Minho! Bagus bukan? Sepertinya kau sangat menyukainya. Mengaku kalah
huh?” Goda suara itu. Seakan bisa menjawab apa kata hati minho.
“K-kau?
Apa benar itu kau Ji hyun-ah?” tanyanya seakan tidak percaya.
“Ne,
ini aku! Baru 2 tahun ku tinggal saja kau sudah lupa huh!”
“T-tapi,
kenapa waktu itu kau meninggalkanku begitu saja tanpa pamit?! Kenapa kau baru datang sekarang huh?! Kau
selalu saja membuat orang khawatir!” Seru Minho kesal
“Kau
marah? Hahaha mianhae..” tawanya itu semakin membuat Minho kesal tapi juga
bahagia karena bisa bertemu dengan gadis yang sudah sangat lama ia rindukan itu
GRAP.
Direngkuhnya gadis itu kedalam tangan kekarnya
“Iya,
aku marah. Ku mohon jangan pergi jauh jauh lagi dariku. Aku tau penyakitmu
Exploid Head Syndrome itu. Jadi tolong jangan pergi dariku lagi. Saranghae”
“Ha-haah?..”
Gadis itu sedikit kaget tapi ia senang dan ia sudah tau sejak di coffee shop
itu. “nado saranghae” di balaslah
pelukannya itu. “Hey, Minho! Aku ingin bawa pulang lukisanmu yang bergambar aku
itu ke seoul!”
“Kau
berani bayar berapa jagi?”
“YA!!”
The
end.
***
Hahahaha ini modal nekat banget pertama kalinya ngepost cerita karya sendiri di blog. Cerita ini sebenernya tugas bahasa indonesia waktu kelas sepuluh. Herannya, bu Evi bilang ini cerita bagus banget. terus dikembangin dan aku punya potensi bikin novel. preet banget ah bu~ hahaha. Tapi cukup bangga dan super seneng banget bisa bikin cerita sampai end karna biasanya, bikin ga pernah selesai -numpuk jadi draft-. Daaaaan... Big thanks buat ghana, karena ide cerita ini awalnya dari ghana hahaha. Makanya aku beraniin ngepost di blog karna ngerasa punya utang sama ghana ehe. Semoga yaa aku bisa bikin cerita lagi :D
@nabilah_ns cheers!
Komentar
Posting Komentar